Pajak reklame adalah biaya yang harus dibayar agar mendapatkan izin penyelenggaraan reklame. Berikut artikel mengenai Jenis dan Tarif Pajak Reklame
Pengertian Pajak Reklame
Pajak reklame merupakan biaya yang harus dibayar agar mendapatkan izin penyelenggaraan reklame. Jika tidak membayar pajak reklame, siap-siap saja baliho atau spanduk Anda akan diturunkan.
Di Jakarta, pajak reklame diatur dalam Peraturan Daerah Nomor 12 Tahun 2011 tentang Pajak Reklame. Dalam Perda tersebut dijelaskan, pajak reklame adalah pungutan yang dikenakan atas semua penyelenggaraan reklame. Kita biasanya mengidentikkan reklame dengan media periklanan besar yang ditempatkan pada area yang sering dilewati masyarakat umum seperti sisi jalan raya. Reklame umumnya berisi informasi dengan ilustrasi yang besar dan menarik.
Tapi, apa saja yang masuk dalam kategori reklame berdasarkan undang-undang? Dalam Perda Pajak Reklame DKI Jakarta, disebutkan, reklame adalah benda, alat, perbuatan, atau media yang bentuk dan corak garamnya dirancang untuk tujuan komersial memperkenalkan, menganjurkan, mempromosikan, atau untuk menarik perhatian umum terhadap barang, jasa, orang, atau badan, yang dapat dilihat, dibaca, didengar, dirasakan, dan/atau dinikmati oleh umum.
2 Jenis Reklame
Secara umum, reklame dibedakan menjadi 2 jenis, yaitu reklame produk dan reklame non-produk. Reklame produk adalah reklame berisi informasi tentang barang atau jasa. Tujuannya semata-mata untuk keperluan promosi. Sedangkan reklame non-produk adalah jenis reklame yang semata-mata memuat nama perusahaan/badan/nama usaha. Contohnya logo, simbol, atau identitas perusahaan yang bertujuan agar diketahui oleh orang banyak.
Subjek dan Objek Pajak Reklame
Subjek pajak reklame adalah orang pribadi atau badan yang menggunakan reklame tersebut. Sedangkan objek pajak reklame adalah:
- Semua penyelenggaraan reklame.
-
Objek pajak yang dimaksud pada poin pertama, meliputi:
- Reklame papan, reklame billboard, reklame videotron, reklame megatron, dan sejenisnya,
- Reklame kain,
- Reklame melekat, stiker,
- Reklame selebaran,
- Reklame berjalan, termasuk pada kendaraan,
- Reklame udara,
- Reklame apung ,
- Reklame suara,
- Reklame film/slide, dan
- Reklame paragaan.
Selain objek pajak reklame, ada juga yang tidak termasuk objek pajak reklame, di antaranya:
- Reklame yang diselenggarakan oleh pemerintah pusat atau pemerintah daerah.
- Penyelenggaraan reklame melalui internet, televisi, radio, warta harian, warta mingguan, warta bulanan, dan sejenisnya.
- Label/merek produk yang melekat pada barang yang diperdagangkan, yang berfungsi untuk membedakan dari produk sejenis lainnya.
- Nama pengenal usaha atau profesi yang dipasang melekat pada bangunan tempat usaha atau profesi diselenggarakan dengan ketentuan yang mengatur nama pengenal usaha atau profesi tersebut luasnya tidak melebihi 1 m² (satu meter persegi) dengan ketinggian maksimum 15 meter dan jumlah reklame tidak lebih dari 1 buah.
- Penyelenggaraan reklame semata-mata memuat nama tempat ibadah dan panti asuhan.
- Penyelenggaraan reklame yang semata-mata mengenai pemilikan dan/atau peruntukan tanah, dengan ketentuan luasnya tidak lebih damri 1 m² dan diselenggarakan di atas tanah tersebut kecuali reklame produk.
- Reklame yang diselenggarakan oleh perwakilan diplomatik, perwakilan PBB, badan dan lembaga khususnya badan atau lembaga organisasi internasional pada lokasi kantor badan yang dimaksud.
Dasar Pengenaan Pajak Reklame
Dasar pengenaan pajak reklame adalah Nilai Sewa Reklame (NSR). Jika reklame diselenggarakan oleh pihak ketiga, NSR ditetapkan berdasarkan dari nilai kontrak reklame. Namun, jika reklame diselenggarakan sendiri, NSR dihitung berdasarkan pada jenis, bahan yang digunakan, lokasi penempatan, jangka waktu penyelenggaraan, jumlah, dan ukuran media reklame.
Jika reklame diselenggarakan oleh pihak ketiga, namun pihak tersebut tidak memiliki kontrak reklamenya, maka NSR ditetapkan dengan menggunakan faktor sebagaimana reklame yang diselenggarakan sendiri.
Di Jakarta, NSR telah ditetapkan dalam Peraturan Gubernur Provinsi DKI Jakarta Nomor 27 Tahun 2014 tentang Penetapan Nilai Sewa Reklame Sebagai Dasar Pengenaan Pajak Reklame.
Tarif dan Cara Menghitung Pajak Reklame
Di Jakarta, tarif pajak reklame diatur melalui Peraturan Daerah Nomor 12 Tahun 2011, tentang Pajak Reklame. Tarif yang dikenakan untuk reklame, sebesar 25%. Di luar Jakarta, aturan ini banyak diadaptasi untuk diterapkan di daerah masing-masing.
Lalu, bagaimana cara menghitung pajak reklame? Untuk menghitungnya, terlebih dahulu kita harus mengetahui tarif NSR. Berikut ini contoh tarif NSR di Jakarta
Tarif NSR Reklame untuk Produk
Kelas Jalan | Durasi Tayang | Tarif Pajak Reklame |
Protokol A | /Meter/hari | Rp. 125.000,- |
Protokol B | /Meter/hari | Rp. 120.000,- |
Protokol C | /Meter/hari | Rp. 75.000,- |
Ekonomi I | /Meter/hari | Rp. 50.000,- |
Ekonomi II | /Meter/hari | Rp. 25.000,- |
Ekonomi III | /Meter/hari | Rp. 15.000,- |
Lingkungan | /Meter/hari | Rp. 10.000,- |
Tarif NSR Reklame untuk Non-Produk
Kelas Jalan | Durasi Tayang | Tarif Pajak Reklame |
Protokol A | /Meter/hari | Rp. 25.000,- |
Protokol B | /Meter/hari | Rp. 20.000,- |
Protokol C | /Meter/hari | Rp. 15.000,- |
Ekonomi I | /Meter/hari | Rp. 10.000,- |
Ekonomi II | /Meter/hari | Rp. 5.000,- |
Ekonomi III | /Meter/hari | Rp. 3.000,- |
Lingkungan | /Meter/hari | Rp. 2.000,- |
Contoh perhitungan pajak reklame papan/bilboard untuk wilayah DKI Jakarta:
Pajak reklame produk: Ukuran billboard 3 m x 1 m, lokasi di Jalan Sudirman (Protokol A)
- 3 m x 1 m x Rp125.000 x 365 hari x 25 % = Rp34.218.750 (pajak reklame yang harus dibayar).
Pajak reklame non-produk dengan ukuran yang sama namun dengan jenis pajak reklame non-produk. Berikut cara menghitungnya:
- 3 m x 1 m x Rp25.000 x 365 hari x 25 % = Rp6.843.750 (pajak reklame yang harus dibayar).
Ikuti terus bloghrd.com untuk mendapatkan informasi seputar HR, karir, info lowongan kerja, juga inspirasi terbaru terkait dunia kerja setiap harinya!