Apa itu Break Even Point?
Untung dan rugi merupakan hal yang wajar dalam berbisnis. Sebuah perusahaan bisa dikatakan untung jika pendapatan melebihi dari modal yang dikeluarkan, namun sebaliknya perusahaan bisa dikatakan rugi jika pendapatan tidak dapat menutup modal yang dikeluarkan. Nah, bagaimana jika perusahaan tidak mengalami untung atau rugi? Itulah yang disebut dengan titik impas atau break even point.
Break even point atau BEP merupakan kondisi ketika pendapatan sebuah perusahaan sama dengan modal yang keluarkan. Akuntansi menyebut BEP sebagai titik impas, karena perusahaan tidak mengalami untung maupun rugi. Modal yang dikeluarkan untuk biaya operasional sama jumlahnya dengan pendapatan yang diterima. Keberadaan BEP menjadi penting karena perusahaan dapat mengetahui prediksi keuangannya untuk periode selanjutnya.
Baca juga: 9 Istilah dalam Akuntansi Perpajakan yang Wajib Anda Ketahui!
Ada 4 elemen yang menjadi pembentuk break even point, di antaranya:
- Biaya tetap atau fixed cost, yang merupakan biaya wajib yang dikeluarkan oleh perusahaan, seperti gaji karyawan, biaya sewa gedung dan/atau sewa gudang, biaya penyusutan mesin, dan lain-lain;
- Biaya tidak tetap atau variabel cost, yang merupakan biaya dengan nilai yang berubah-ubah, tergantung dengan naik turunnya permintaan. Contoh dari biaya tidak tetap ini termasuk biaya listrik, air, telepon, bahan baku, transportasi, dan lain-lain;
- Harga jual atau price, yang merupakan harga yang ditentukan setelah melihat semua biaya produksi ditambah dengan nilai margin yang diperoleh. Harga barang dihitung per unit, dan;
- Pendapatan atau revenue, yang merupakan penghasilan yang didapat dari seluruh penjualan.
Jika sebuah perusahaan berada di titik impas, bagaimana dengan perpajakannya? Ketika sebuah perusahaan menghitung break even point, maka pajak penghasilannya tidak berperan karena pajak yang dibayarkan atas penghasilan nol adalah nol. Ini dikarenakan laba bersih didapat saat pendapatan operasional dikurangi pajak penghasilan.
Baca juga: Cara Menghitung Pajak Penghasilan: Kiat Agar Lebih Efisien
Manfaat Break Even Point
Seperti yang sudah disebutkan di atas, keberadaan BEP bisa dijadikan pedoman bagi perusahaan dalam mengetahui kondisi keuangan di periode selanjutnya. Lalu, apa saja manfaat yang didapat saat perusahaan menghitung titik impasnya?
- Perusahaan akan tahu berapa kira-kira harga jual minimal suatu barang agar tidak mengalami kerugian.
- Mengetahui prediksi berapa banyak barang yang hendak diproduksi agar tidak melebihi kuantitas sehingga total keuntungan bisa menutup biaya pengeluaran.
- Perusahaan bisa memberikan nilai investasi yang tepat sehingga bisa mengimbangi biaya awal untuk produksi.
- Perusahaan bisa menganalisis nilai jual saham yang tepat serta melakukan perencanaan anggaran dan proyeksi keuangan.
Cara Menghitung BEP
Ada beberapa rumus yang digunakan untuk menghitung break even point, yaitu:
- BEP per unit = (biaya tetap) : (harga per unit – biaya variable per unit)
- BEP nilai penjualan = biaya tetap : (1- (biaya variable : harga))
Contoh kasus:
Sebuah perusahaan memiliki biaya tetap Rp125 juta, dengan biaya variabel per unitnya Rp50 ribu dan harga jual per unit Rp75 ribu. Maka, berapa unit barang yang harus dihasilkan dan jumlah penjualan yang didapat untuk mendapatkan titik impas?
BEP per unit = Rp125.000.000 : (Rp75.000 – Rp50.000)= Rp125.000.000 : Rp25.000= 5.000
Kemudian untuk BEP nilai penjualan, penghitungannya adalah
BEP nilai penjualan = Rp125.000.000 : (1-Rp50.000 : Rp75.000)= Rp125.000.000 : 0,33= Rp375.000.000
Jadi, jika perusahaan tersebut dapat menyentuh titik impas dengan harus memproduksi 5.000 unit dan menghasilkan penjualan sebesar Rp375.000.000
Baca juga: Standar Akuntansi Keuangan dan Jenisnya yang Berlaku di Indonesia
Ikuti terus bloghrd.com untuk mendapatkan informasi seputar HR, karir, info lowongan kerja, juga inspirasi terbaru terkait dunia kerja setiap harinya!